Selasa, 18 Maret 2008

Akses Internet Gratis di Setiap Bungkus Nasi Kucing

Artikel ini dibuat berdasarkan diskusi dalam mingguan ”Bincang Wirausaha”, episode 24 Ferbruari 2008, kerjasama antara I-Radio Jogja dan Smart Corner Club MM UGM Yogyakarta.

Narasumber: Iwan (Angkringan JMN)

Akademisi: Indra & Primadi (Smart Corner Club MM UGM Yogyakarta)

Angkringan JMN: Akses Internet Gratis di Setiap Bungkus Nasi Kucing

Angkringan, Warung Koboi, Kucingan, atau Café Ceret Telu, demikian orang menamai tempat ini. Apapun istilahnya tetapi maksudnya sama yakni warung makanan yang berwujud gerobak kayu berisi aneka makanan dan tiga buah ceret, beratap tenda plastik warna oranye atau biru yang dikelilingi kursi kayu panjang dan diterangi lampu senthir (lampu minyak).

Menilik dari menu yang disajikan tentu yang tersaji di sini bukan makanan laiknya hidangan di restoran kelas atas. Tempe, Timus, serta Ceker maupun Wedang Jahe tak lupa Nasi Kucingnya, merupakan gambaran dari mana angkringan berasal. Demikianlah kombinasi antara makanan dan minuman rakyat desa ini tersaji di kota-kota melalui warung angkring.
Angkringan walau sering dicap sebagai warung rendahan memiliki konsumen yang beragam, mulai dari penduduk pribumi jogja, sopir bus kota, tukang becak, pekerja kasar, seniman, budayawan, juga tidak ketinggalan mahasiswa dan dosen bahkan masyarakat kelas eksekutif.

Bisnis angkringan ini ternyata menggelitik hati tiga orang ini, Iwan, Dinda dan Vindra. Mereka mencoba peruntungan di bisnis angkringan ini. Dengan semangat jiwa muda yang membara, lahirlah sebuah angkringan. Mereka memilih lokasi angkringan di sekitaran kampus Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, lebih tepatnya lagi berada di depan kantor Jogja Media Net (Perusahaan Penyedia Jasa Layanan Internet dan TV Berlangganan). Lantaran inilah, banyak sekali orang yang menyebut nama ankringan ini sebagai Angkringan JMN.

Tapi angkringan yang mereka buat terlihat tidak biasa. Mereka mencoba menawarkan supporting product (produk pendukung) selain makan dan minuman, sebagai stimulus bagi konsumen. Mereka menambahkan akses internet gratis (hotspot) sebagai supporting produknya. Hal ini merupakan suatu kebetulan ketika mereka memilih lokasi tepat di depan perusahaan penyedia jasa jaringan internet, akhirnya mereka mendapatkan fasilitas hotspot tersebut. Apa yang mereka lakukan merupakan sebuah terobosan luar biasa dalam industri angkringan di Jogja.

Angkringan JMN yang dijalankan oleh ketiga orang ini bisa dikatakan sebagai angkringan mandiri. Mereka menyiapkan sendiri segala macam menu yang mereka tawarkan. Penggolangan ini sesuai hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Aloysius Gunadi Brata dari Lembaga Penelitian Universitas Atma Jaya pada tahun 2004. Peneliti menyebutkan bahwa berdasarkan pada tingkat kemandirian dalam hal gerobak angkringan, maupun makanan ataupun minuman yang dijual, angkringan dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:

  1. mandiri, jika pedagang memiliki angkringan sekaligus menyiapkan makanan utama dan minuman sendiri, kendati tetap dan selalu menerima makanan titipan
  2. semi mandiri, jika memimiliki angkringan sendiri tetapi makanan dan minuman dipasok orang lain
  3. non-mandiri, penjual menyewa gerobak sekaligus isinya sehingga sifatnya hanya menjual saja.
  4. Target pasar Angkringan JMN ini sendiri adalah kalangan menengah keatas. Hal ini wajar, sebab tempat ini juga menyediakan fasilitas hot spot, yang tentunya hanya bisa diakses konsumen yang memiliki laptop pribadi. Alasan lainya adalah, sebenarnya konsumen menengah keatas masih ingin tetap menikmati suasana akringan yang bersahaja namun mereka ingin menikmati fasilitas hotspot. Tentunya hal ini menjadikan harga yang ditawarkan sedikit lebih tinggi jika dibanding angkringan biasa, yang lazim kita temui di Kota Jogja.

Hal lain yang tidak boleh dilupakan bagi setiap pengusaha adalah bagaimana cara Angkringan JMN mengkomunikasikan tempat usaha ataupun produk mereka. Angkringan JMN melakukan komunikasi pemasaran melalui metode viral marketing (word of mouth dan blogspot). Bahkan yang menarik, tidak sedikit pelanggan yang setelah datang dan menikmati hidangan yang ditawarkan, dengan sukarela menulis beberapa artikel mengenai tempat ini, lalu merekomendasikannya kepada konsumen lainnya.

Selain makanan dan minuman serta akses internet gratis, Angkringan JMN juga menawarkan pelayanan yang sangat bersahabat bagi pelanggannya. Angkringan JMN selalu berusaha memperlakukan pelanggan dengan baik, sehingga pelanggan merasa seperti berada dirumah sendiri, nyaman, rileks dan penuh rasa kekeluargaan.

Menambah atau memperoleh penghasilan adalah motivasi utama menjadi pedagang angkringan. Hal ini berlaku baik pada pedagang angkringan yang berasal dari Jogja sendiri maupun yang merupakan pendatang seperti Klaten dan derah di sekitar Jogja. Hal menarik lain dari diskusi yang dilakukan dengan nara sumber, adalah bahwa pengusaha harus berpikir inovatif. Kunci inilah yang menjadikan keunggulan kompetitif sebagai modal bersaing dalam industri sejenis. Peter Drucker, yang sering disebut sebagai guru manajemen pernah mengatakan bahwa:

Dalam setiap bisnis, hanya pemasaran dan inovasi yang menghasilkan pendapatan; yang lain hanya menciptakan biaya.

Selamat berwirausaha. Tetap semangat !!! (INDRA BP).