Senin, 01 September 2008

REVIEW 310808


REVIEW BINCANG WIRAUSAHA
31 Agustus 2008 (19.00 – 20.00 WIB)
I radio - 88.7 FM

Praktisi : Diki dan Dewo
Akademisi : Arief (Batch 47) dan Adly (Batch 48)
Penyiar : Panji
Tema : Strategy and Marketing
Reviewer : Tee

Sablon (Warehouse Clothing Custom)
Usaha sablon yang digandrungi Diki dan Dewo ini baru berjalan sekitar 3-4 bulan. Mereka menamakan usaha ini “Warehouse Clothing Custom”, terletak di Jln. KH Ahmad Dahlan 40. Biarpun terbilang baru, tapi mereka yakin mampu bersaing khususnya dalam pasar clothing di Jogja. Selama ini, usaha sablon yang ada masih standar banget. Desain-desain pada kaus distro yang ditawarkan seperti gambar kartun, retro atau bling-bling, sudah menjamur dan terlihat sama. Warehouse Clothing Custom (WCC) ini menawarkan produk yang berbeda dan unik banget karena menggunakan wayang sebagai icon mereka. Gimana caranya supaya anak muda yang menjadi target utama mereka, tidak malu memakai ‘wayang’ dan tidak terkesan tua. Oleh karena itu, layout yang ditawarkan juga disesuaikan dengan anak muda, menggunakan bahan katun, desain distro, dan jahitan distro. Misalnya, salah satu desain kaos dengan gambar Arjuna (salah satu tokoh wayang) diberi text “Golden Boy”-ceritanya nih, Arjuna itu kan anak kesayangan Pandawa. Atau, gambar Nakula yang diberi text “The Mistics”, karena sosok Nakula yang misterius. Selain itu, WCC juga memiliki keunggulan dalam hal pelayanan, yaitu tidak ada minimum order (boleh pesen satu), desain sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen, layanan lewat telepon dan langsung datang ke tempat si konsumen, serta konsisten dengan prinsip tidak over promise dan under-deliver. WCC juga punya ‘anak perusahaan’ yang memproduksi secara massal (mass-production) namanya “The Puppet”, di Kafe 17, Jln DI Panjaitan 17. Dalam waktu dekat ini, selain clothing, WCC juga akan menawarkan merchandise seperti mug, gelas, piring, dll.
Strategi yang dilakukan WCC, yaitu focused-process strategy dan mass customization strategy, akan berjalan dengan sangat baik sekali jika didukung oleh strategi marketing yang tidak hanya konvensional-yang selama ini dilakukan WCC-yaitu word of mouth (dari mulut ke mulut). Word of mouth ini memang terbukti sangat efektif. Namun, untuk mampu berekspansi lebih luas lagi, WCC seharusnya memasarkan produk yang sudah memiliki nilai tambah ini, yaitu desain yang unik, melalui model above the line seperti memasang spot iklan di radio-radio, koran, atau majalah. Dengan harapan agar konsumen bisa lebih mengenal produk mereka. (Tee)

Kamis, 28 Agustus 2008

Review


Praktisi :
• Surahyo, B. Eng., M. Eng. Sc. (MM UGM)
• Nanang Ismuhartono (Pembicara LKY)

Penyelenggara:
• Smart Corner Club
• E-Bizz Club


“Price War in Telecommunication Industry:
Is it Good or Trap for Consumer?”

Berbicara mengenai tarif telepon seluler di Indonesia, menurut penelitian lembaga survey, Pyramid, mencatat Indonesia sebagai negara yang paling mahal tarif percakapan teleponnya yakni Rp. 1200 per menitnya. Namun karena telepon seluler saat ini memang sudah bukan lagi menjadi barang mewah, operator seluler semakin sibuk mengobral produk dengan tawaran tarif yang menarik guna merebut segmen konsumen di kelas menengah ke bawah. Tarif yang murah dalam menggunakan jasa telekomunikasi baik internet maupun telepon seluler GSM dan juga CDMA tentunya merupakan harapan yang sangat dinantikan konsumen sejak lama. Berdasar riset tersebut konsumen harus pandai dalam menyiasati penggunaan telepon selulernya.

Seperti yang kita tahu bahwa semakin maraknya persaingan industri telekomunikasi di Indonesia. Berbagai jenis provider berlomba-lomba merebut segmen pasar dengan memberi penawaran yang paling efisien bagi konsumen dengan melakukan low-cost strategy. Hal ini bisa memicu perang tarif (price war) antar operator. Tanpa pemerintah membuat peraturan untuk menurunkan tarif, perang tarif antar operator ini sudah terjadi. Persaingan tarif seluler di Indonesia memang sudah semakin panas. Ketika operator yang satu menurunkan tarif, beberapa saat kemudian (dalam hitungan hari) operator lainnya mengikuti dengan memberikan tarif yang lebih rendah lagi. Hal seperti ini bisa membingungkan konsumen. Disatu sisi konsumen diuntungkan, namun disisi lain menjadi bingung mengikuti perubahan tarif yang cepat, apalagi setiap tarif yang diberikan masih ada syarat perbedaan waktu bahkan perbedaan daerah. Sebagai konsumen sebaiknya harus cerdas dan kritis dalam menyingkapi fenomena ini serta memilih produk yang menguntungkan konsumen. Konsumen juga dihimbau agar lebih jeli melihat detil tarif yang ditawarkan. Termasuk syarat-syarat perhitungan tarif dari menit ke berapa yang berlaku. Konsumen harus teliti dan waspada. Namun, tentunya kekritisan konsumen ini juga didukung oleh kebijakan negara yang pro ekonomi rakyat yang berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi bangsa yang cukup baik. (Tee)

Selasa, 12 Agustus 2008

Review 100808



REVIEW BINCANG WIRAUSAHA
10 Agustus 2008 (19.00 – 20.00 WIB)
I radio - 88.7 FM

Praktisi : Bambang Handoko (Owner) dan Anton Budiono (GM)
Akademisi : Sigit (Batch 47) dan Krisna (Batch 48)
Penyiar : Panji
Tema : Competition
Reviewer : Tee

Indo Bakery

Indo Bakery adalah perusahaan roti yang udah berdiri sejak 26 tahun yang lalu. Indo Bakery terletak di Jln. Tinosidin, Kasihan, Bantul. Dan baru aja Grand Opening di Jln Godean, Yogyakarta, tepatnya di depan warung makan Mang Engking. Indo Bakery telah memiliki 50 buah outlet, 15 outlet di Yogyakarta sedangkan 35 outlet lainnya di luar kota. Awal mula perusahaan ini berdiri, belum ada pesaing hingga 10 tahun kemudian pesaing mulai muncul dan pelanggan dirasa berkurang. Sehingga, Indo Bakery harus memiliki strategi dalam menghadapi pesaing. Mengingat saat itu Indo Bakery berada pada posisi stagnan (bertahan). Strategi yang dilakukan Indo Bakery adalah bagaimana perusahaan bisa mencari celah seperti langkah utk melakukan promosi yang unik seperti pemberian voucher secara cuma-cuma. Setiap pelanggan yang membawa voucher langsung bisa mendapatkan roti. Selain itu, Indo Bakery juga telah memiliki keunggulan dibanding pesaing lainnya. Yaitu, resep yang bisa di ‘bandrek’ menjadi lebih enak dan rotinya yang pulen. Seperti menu andalan di Indo Bakery ini adalah roti pisang dan roti sobek yang rotinya puleen banget. Namun, ada dua hal penting yang perlu diperhatikan dalam menjalani suatu strategi perusahaan yaitu menjaga hubungan baik dengan konsumen dan supplier.
Dalam menjalankan suatu usaha selalu ada yang namanya pasang surut penjualan. Karena itu, perusahaan harus memiliki strategi bersaing yang baik dengan pandai-pandai dalam melihat pasar. Ada lima hal dalam competitive forces (M. Porter) yang perlu diperhatikan dalam menghadapi suatu persaingan yaitu:
1.Persaingan segmen, yaitu seberapa banyak usaha yang membidik segmen pasar yang sama
2.Adanya ancaman dari pemain baru. Adalah bagaimana kita mampu melihat performa, kualitas serta harga yang mereka tawarkan.
3.Keberadaan produk substitusi
4.Bargaining power dari konsumen. Saat ini konsumen semakin canggih dan pintar dalam melakukan tawar-menawar harga.
5.Bargaining power dari supplier. Hal ini berkaitan dengan kenaikan harga dan performa kita dimata suplier. Semakin baik kita menjalani hubungan semakin mudah dalam melakukan kesepakatan dengan supplier

Sehingga, yang dapat disimpulkan sesungguhnya adalah bahwa yang paling utama bagi suatu perusahaan agar mampu bersaing dengan perusahaan lainnya adalah bagaimana perusahaan itu sendiri menciptakan keunggulan dibanding pesaing baru lainnya.(Tee)

Review 030808



REVIEW BINCANG WIRAUSAHA
3 Agustus 2008 (19.00 – 20.00 WIB)
I radio - 88.7 FM

Praktisi : Yoyo (SS)
Akademisi : Dimas dan Niko
Penyiar : Mike
Tema : Brand Loyalty
Reviewer : Tee

Special Sambal (SS)

Lagi pengen makan pedas di Jogja? Yang pertama muncul dibenak kita ga lain ga bukan pasti warung SS alias Spesial Sambal (dibaca: sambel). Awal munculnya SS ini karna susahnya nyari sambel yang ‘bener-bener’ pedas di Jogja. Untuk memunculkan benak di konsumen bahwa ‘akhirnya’ ada sambal pedas di Jogja muncul konsep baru dari sebuah warung makan dengan nama “Spesial Sambal”. Tidak ada misi khusus dari pemilihan nama ini, hanya konsep sederhana bahwa dengan brand SS (Spesial Sambal) yang mempunyai tagline “pedas abiiss” adalah sesuai dengan produk yang ditawarkan dan pemilihan nama yang sederhana ini agar mudah diingat konsumen. Saat ini SS mempunyai 32 outlet dan menjadi trendsetter mengingat mulai banyak warung ‘sejenis’ yang mulai bertebaran di Jogja. karena itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga suatu brand; pertama, konsisten akan rasa dan produk. Kedua, pelayanan terhadap konsumen, misalnya dengan mempertimbangkan keluhan konsumen sekecil apapun. Ketiga, penguatan pada brand tersebut yaitu bisa berupa sentuhan kreatif misalnya poster dengan tulisan unik atau pemilihan nama-nama unik pada menu.
Sebuah filosofi yang menyatakan bahwa ketika memulai suatu bisnis yang perlu diperhatikan adalah apa yang dirasakan konsumen bukan apa yang dirasakan perusahaan. Filosofi ini mendasari SS dalam melakukan branding berbasis konsumen. Dengan memberikan pelayanan terbaik pada konsumen, SS telah mampu mencapai brand recognition dan brand awardness. Inovasi juga penting dilakukan mengingat semakin banyaknya pesaing serta permintaan konsumen. Tiga hal penting ketika memulai suatu usaha adalah pemilihan brand (nama) pada usaha kita harus sesuai dengan produk yang ditawarkan. Kedua, point of different yaitu bahwa usaha kita harus berbeda dengan yang lain. Ketiga, sesuai dengan konsep awal usaha kita. (Tee)

Rabu, 30 Juli 2008

Review 270708



REVIEW BINCANG WIRAUSAHA
27 Juli 2008 (19.00 – 20.00 WIB)
I radio - 88.7 FM

Praktisi : Dodi (Jus Q-ta)
Akademisi : Dias dan Primadi
Penyiar : Mike
Tema : Location Decision
Reviewer : Kiky

Jus Q-ta

Jus Q-ta dibuat dengan konsep healthy drink dengan buah-buah murni berkualitas. Target segmennya berasal dari berbagai usia. Jus Q-ta yang berkantor pusat di Condong Catur, telah mendirikan 11 outlet selama setahun. Outlet pun masih berupa gerobak sehingga tidak menyediakan tempat untuk dikonsumsi di outlet. Pemilihan lokasi yang dibuat sebanyak mungkin dengan tujuan supaya terkenal dan ada dimana-mana. Outlet ditempatkan di beberapa lokasi strategis dengan menyewa di depan ruko dan di depan rumah. Uang sewa di depan rumah bisa sekitar 150-200 ribu dan di depan ruko bisa mencapai sekitar 1 juta rupiah, dan biaya ini sudah termasuk biaya listrik. Pemilihan lokasi Jus-Qta sendiri dengan pertimbangan tempat yang strategis dan ramai seperti misalnya perumahan, tempat orang lalu lalang, ataupun kampus. Bagi Jus-Qta, survey tempat perlu dilakukan dan bisa sampai beberapa bulan untuk bisa mendapatkan lokasi yang tepat.

Pemilihan tempat yang strategis tentunya memberikan beberapa keuntungan. Misalnya, dengan adanya efek mengantri di tempat-tempat yang ramai dapat menarik minat pembeli yang lain dan menambah peluang untuk bisa dikunjungi lebih banyak orang. Location decision bisa ditinjau beberapa hal. Pertama, lokasi ditentukan dengan melihat kedekatan dengan konsumen, sehingga memberikan kemudahan untuk menjangkaunya dan bisa memberikan kenyamanan bagi konsumen. Kedua, pemilihan lokasi dilihat dengan pertimbangan faktor biaya, misalnya biaya sewa, tenaga kerja dan bahan baku. Ketiga, khusus bahan baku, dapat dilihat juga bagaimana kedekatannya dengan supplier, sehingga dapat meminimalisasi biaya. Ketersediaan bahan baku Jus Q-ta pun tidak dipengaruhi oleh musim, sehingga selalu available setiap saat. Terakhir, Pertimbangan lokasi juga bisa dilihat dari kompetitor disekitarnya. (ky)

Selasa, 22 Juli 2008

Bincang Wira Usaha 200708



REVIEW BINCANG WIRAUSAHA
20 Juli 2008 (19.00 – 20.00 WIB)
I radio - 88.7 FM

Praktisi : -
Akademisi : Lusi, Mera dan Sigit (batch 47)
Penyiar : Panji Taruno
Tema : Strategi Layout
Reviewer : Kiky (batch 48)

Swalayan Kopma UGM

KOPMA UGM memiliki perluasan unit usaha dengan membuka swalayan, wartel, dan bahkan cafe yang sering digunakan sebagai tempat nonton bareng dan acara musik. Swalayan KOPMA UGM terletak Jl. Kaliurang, tepatnya di depan Perpustakaan lama UGM. Swalayan KOPMA UGM ini menawarkan berbagai macam kebutuhan mahasiswa mulai dari alat tulis dan buku, keperluan sehari-hari (consumer goods) dan beberapa jenis merchandise yang bertuliskan UGM. Strategi dari diferensiasi produk yang dijual di Swalayan KOPMA UGM menjadikannya berbeda dari KOPMA lain. Strategi ini juga dapat memperluas jangkauan konsumen yang akan diraih, karena selain menjual ATK dan merchandise UGM, juga menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari. Dengan demikian, Swalayan KOPMA UGM tidak dikhususkan untuk mahasiswa UGM tetapi juga untuk umum. Swalayan KOPMA UGM sendiri belum berencana untuk membuka cabang. Swalayan KOPMA UGM ini merencanakan untuk memperluas space yang ada untuk menambah semakin banyak barang yang ditawarkan dan memberi kenyamana dalam berbelanja.

Layout merupakan tata letak semua fasilitas produksi yang ada di perusahaan dan hal ini mengikuti karakteristik produk. Keputusan layout ini merupakan keputusan efisiensi dengan adanya pertimbangan atas biaya yang berhubungan dengan kebijakan jangka menengah atau jangka panjang. Adanya konsep minimalis dalam arti bagaimana menataletakkan fasilitas produksi dengan semaksimal mungkin dan membantu terwujudanya competitive advantage perusahaan (cost leadership, differentiation dan quick response). Citra apa yang akan ditampilkan perusahaan kepada konsumennya juga menjadi bagian dari keputusan layout.

Swalayan KOPMA UGM sendiri dari segi layout yang berbentuk L, bisa dikatakan belum tepat dan efektif. Dengan layout seperti ini membuat banyak barang di belakang, seperti kebutuhan sehari-hari terhalang oleh barang-barang yang didepan seperti ATK dan merchandise UGM. Swalayan KOPMA UGM pun masih mengedepankan merchandise dan ATK sebagai prioritas produk yang ditawarkan sehingga meletakkannya pada bagian depan, yang bisa langsung terlihat ketika berada di pintu masuk. Sedangkan barang kebutuhan sehari-hari terletak di belakang, yang membuat konsumen harus berjalan ke bagian belakan swalayan. Hal ini bisa membuat konsumen malas untuk menjangkaunya, padahal ada kemungkinan yang disasar konsumen adalah kebutuhan sehari-hari. Namun dari segi pengelompokan barang untuk memudahkan konsumen mengetahui dengan cepat dimana barang yang akan dibeli sudah bagus. Flow masuk dan keluar konsumen juga sudah dibuat sebaik mungkin. Swalayan KOPMA UGM memberikan kenyamanan bagi pelanggannya untuk berbelanja dengan meberikan rak dengan 50-100 cm, yang memudahkan konsumen mengambil barang tanpa harus mengantri.

Berbicara tentang layout ada 5 hal yang perlu diperhatikan :
1. Perlu untuk memaksimalkan pemakaian ruang sehingga tidak ada ruang yang tidak terpakai (no idle space). Dengan kata lain perlu meningkatkan utilisasi space dan hal ini berhubungan dengan efisiensi.
2. Mendukung kemudahan aliran informasi baik material maupun orang-orangnya.
3. Kondisi ruang dan letak yang bisa memberi kemudahan dan kenyamanan bagi konsumen.
4. Flexibilitas ruang dan working of flow.
5. Memberi kemudahan untuk berinteraksi dengan konsumen.

Cara mendesain layout dari suatu usaha, seperti retail antara lain :
1. Barang yang memiliki potensi tinggi untuk dijual perlu ditonjolkan didepan, mudah dilihat dan dijangkau. Strategi retail adalah semakin banyak produk yang bisa diakses oleh mata konsumen maka semakin tinggi probabilitas orang untuk tertarik dan membeli, terutama jika karakteristik konsumen yang impulse buying. Sehingga pihak retailer perlu memiliki kemampuan untuk memajang produk sebanyak mungkin.
2. Adanya pengelompokan barang untuk menjaga kualitas dari produk yang dijual. Hal ini menjamin kenyamanan dan kemudahan konsumen dalam mencari barang yang akan dibeli. Efisiensi waktu bisa dengan mendekatkan satu dengan yang lain sehingga memungkinkan aliran informasi yang cepat dan meminimalkan cost.
3. Segmen menentukan lay out, sehingga lebih fokus pada target marketnya.
4. Lay out juga mempertimbangkan estetika.
5. Bagi retailer, gudang adalah produk-produk yang dipajang. Karena penumpukan barang yang berlebihan akan menambah biaya maintenance. Peletakan gudang pun perlu strategis sehingga mudah diakses dan konsumen tidak perlu lama menunggu atas barang yang diperlukannya.
6. Flexibilitas kenyamaan dari karyawan dan konsumen.
7. Kelebihan space seperti yang dimiliki oleh Swalayan KOPMA UGM dimanfaatkan untuk menyewakannya kepada pihak lain.

Ketika mendirikan usaha sudah sepatutnya untuk mempertimbangkan lokasi yang dipilih, misalnya dengan memilih lokasi yang strategis. Pihak pengusaha perlu smart dalam memanfaatkan space yang ada dan memaksimalkan utilisasi space yang ada. Pihak retailer misalnya, perlu smart memaksimalkan ruang, gudang, penataan tempat, dan mendukung akses bagi kecepatan aliran informasi, sehingga bisa meminimalkan cost dan memaksimalkan keuntungan dengan memanfaatkan space yang ada. (ky)

Senin, 14 Juli 2008

Review 130708


REVIEW BINCANG WIRAUSAHA
13 Juli 2008 (19.00 – 20.00 WIB)
I radio - 88.7 FM

Praktisi : Hendra (Brand : Jopa Japu; 081.227.018.163)
Akademisi : Doktrin (batch 46), Krisna (batch 48)
Penyiar : Panji
Suvenir untuk : Galih dan Budi
Reviewer : Kiky (batch 48)

Jopa Japu

Jopa Japu bergerak di bidang handicraft dan seni dalam bentuk miniatur kehidupan, yang secara spesifik berupa miniatur aktivitas yang menggambarkan keseharian masyarakat tradisional Jawa, misalnya petani, pengayuh becak, dsb. Berdiri pada 1 Oktober 2002 dengan lokasi outlet adalah di Jl. Wijilan (depan Gudeg Yu Djum). Ilham atau inspirasi pendirian Jopa Japu adalah berasal dari keprihatinan atas kondisi generasi muda saat ini yang mulai merasa asing dengan budaya-budaya Jawa, sehingga Jopa Japu ingin melestarikannya dalam betuk miniatur kegiatan tradisional masyarakat Jawa (petani, mendorong gerobak, dsb).

Media yang digunakan adalah kayu. Teknik yang digunakan adalah dengan menggunakan gergaji. Ada pula yang kemudian dikombinasikan dengan tanah liat (misalnya untuk membuat patung). Cara pembuatannya secara umum adalah dengan menggergaji pola dari bagian-bagian tertentu (misalnya pola tangan, kaki, kepala, dsb), kemudian dirapikan dengan menggunakan cutter, setelah itu diwarnai dengan menggunakan cat dan akhirnya bagian-bagian tersebut disatukan dengan lem. Setelah seluruh bagian disatukan dilakukan penyusunan tema, ingin dibuat seperti apa. Seni yang dipakai adalah seni liping, yang merupakan plesetan dari bahasa Inggris (living) yang berarti kehidupan.

Latar belakang dari personil Jopa Japu justru tidak memiliki pendidikan seni. Mereka belajar secara otodidak. Jopa Japu sendiri terdiri dari 7 orang dan modalnya merupakan gabungan dari ketujuh orang ini dan secara bergantian.

Peluang bisnis dari Jopa Japu adalah merupakan UKM yang tidak menggunakan modal besar untuk memulainya dan ide awalnya muncul dari sebuah kreativitas. Market dari seni liping ini adalah niche market atau dengan kata lain segmentasi yang sangat khusus. Target yang dituju adalah high class, pecinta travelling misalnya ke Jogja, yang merupakan pusat seni dan kerajinan. Pelanggan Jopa Japu adalah turis dalam dan luar negeri, seniman, orang yang ingin memajang sesuatu yang unik di kantornya,dsb. Barang yang diproduksi sangat customized dengan ide bisa dari customer untuk membuat seperti apa atau juga dari Jopa Japu, sehingga ide itu mengalir terus. Dengan demikian product life cycle–nya bisa dikatakan sangat tinggi. Kelebihan dari Jopa Japu sendiri adalah konsumen bisa memesan dengan permintaan agar tidak direproduksi lagi untuk konsumen lain. Produksi Jopa Japu sendiri sekitar 2000 miniatur per bulan. Buyer tetap dengan skala permintaan yang tinggi tidak ada (belum bisa melayani) karena pengerjaannya yang handmade dengan jumlah personil yang terbatas.

Strategi lokasi dari Jopa Japu yang terletak di Jl. Wijilan bisa dikatakan tepat untuk bisa menjangkau segmen yang dituju. Outlet dengan luas bangunan 3x3 meter ini bisa dikatakan memenuhi lokasi strategis yang terletak di tengah kota. Umumnya turis pasti berkunjung ke daerah tengah kota. Turis yang datang ke Jogja biasanya berwisata kuliner untuk mencari makanan khas Jogja, misalnya gudeg. Pusat gudeg berada di daerah Wijilan. Lokasi Jopa Japu sendiri terletak di depan penjual gudeg terkenal (Yu Djum) yang menjadi referensi orang ketika ingin makan gudeg. Outlet Jopa Japu yang berwarna kuning (warna yang kontras dibanding sekitarnya) dapat menarik perhatian pengunjung untuk setidaknya berkunjung dan mengetahui apa sebenarnya Jopa Japu, ketika rasa tertarik sudah muncul maka bisa membangkitkan keinginan untuk memesan miniatur kehidupan di Jopa Japu. Jopa Japu sendiri hanya mendirikan satu outlet untuk sementara ini dan tidak menutup kemungkinan untuk membuka cabang di daerah lain yang dianggap cocok dan tepat untuk target segmennya.

Berbicara tentang marketing tidak lepas dari STP (Segmenting, Targeting dan Positioning). Penentuan segmen yang jelas akan membantu untuk diterimanya sebuah produk. Segmen untuk Jopa Japu adalah untuk turis diluar wilayah Jogja secara geografis, kalangan menengah atas dengan usia tertentu secara demografis, dan dengan lifestyle pecinta seni secara psikografis. Karena sifatnya adalah barang seni yang bernilai tinggi maka produk Jopa Japu sendiri cocok untuk segmen menengah atas yang secara ekonomi sudah mapan. Proses segmenting ini akan tepat jika dilakukan marketing research dan terus dilakukan secara berkala untuk mengantisispasi apabila ada perubahan selera pasar.

Sifat yang unik dengan niche market dari Jopa Japu, bisa dikatakan Jopa Japu tidak memiliki pesaing. Namun yang perlu disadari adalah seni ini bersifat substitusi dengan seni pahat atau seni ukir, sehingga bisa membuat konsumen membandingkan satu dengan yang lain. Apabila tidak ditunjang dengan marketing yang baik dan tepat bisa membuat Jopa Japu ini kalah saing dengan seni lainnya yang bersifat substitusi. Peniruan atas produk Jopa Japu pernah terjadi tetapi dari segi kualitas dengan feel dari produk tiruan tersebut jauh berbeda dengan produk Jopa Japu. Dipicu oleh hal ini, maka kedepannya Jopa Japu akan memproteksi produknya dengan menggunakan hak paten. Peniruan produk ini bisa dikatakan sebagai kompetitor dengan bermunculannya follower dan membuat produk Jopa Japu bisa berkembang. Konsumen akan membandingkan mana yang lebih berkualitas. Sehingga sebenarnya Jopa Japu tidak perlu khawatir akan penetapan harga yang dilakukan. Pricing strategy sebenarnya terbentuk oleh adanya Supply and Demand dan harga umumnya berbanding lurus dengan kualitas. Dan karena produknya adalah barang yang benilai seni yang ditujukan kepada kalangan menengah atas yang umumnya tidak price sensitive.

Hasil produksi yang bisa dianggap istimewa atau “wah” dari Jopa Japu adalah miniatur wayang kulit dan catur. Keduanya sudah mempunyai prestasi yaitu untuk miniatur catur mendapat Juara I Handicraft Nasional (2005) dan miniatur wayang mendapat juara yang sama pada tahun 2006. Rencana ke depan adalah untuk mendapatkan Rekor MURI berupa miniatur Malioboro (pada saat 1900-1930) dan terobosan produk yang akan diproduksi dalam waktu dekat adalah membuat miniatur Borobudur dengan ukuran besar. (ky)